Tujuh (dulu) Alasan Menulis

Waktu promo buku baru, ada rekan kerja yang tanya, “Kenapa sih menulis?” Dan kemudian gue mikir, iya ya, kenapa sih gue nulis. Dan akhirnya pertanyaan itu pun nggak ada jawabannya, lantaran gue terlanjur kehilangan arah #halah dan tak tahu harus menjawab apa.

 

 Kenapa Masih Menulis?

Malam ini, saat bongkar-bongkar buku untuk nyari bahan tulisan, nemu salah satu buku lama yang ngebahas soal ‘kenapa menulis’. Emang dulu, kenapa sih gue nulis ya? Bingung juga, harus jawab gimana. Jawaban standar gitu ... kalau nulis gini, gini dan gini. Kalau nggak nulis gitu, gitu dan gitu. Hmmm. Jadi, malam ini gue akan coba buat list, alasan gue menulis.

Pertama, menurut gue, menulis itu jauh lebih mudah dibandingkan bicara. Iya, gue bicara lebih banyak dibanding menulis. Tapi tetap saja, rasanya lebih mudah menulis dibanding bicara. Bagi orang introvert cem gue, lebih mudah mengekspresikan diri lewat tulisan. Karena, kalau gue ekspresif dikiiit aja, maka muka gue akan kelihatan ‘krik krik’, nggak ada lucunya sama sekali. Kalau ini di depan orang? Kan gawat tuh. Sementara dengan tulisan, gue bisa bebas berekspresi model apapun tanpa harus takut menjadi krik krik. Ok, bagian pertama aja udah krik krik ini ^_^

Kedua, berhubung gue nggak bisa nyanyi, main musik ataupun olahraga, setidaknya ada sesuatu yang bisa gue lakukan. Iya, gue bukan tipikal makhluk populer di sekolah. Nyanyi nggak bisa, main musik payah dan olahraga sungguh ... ah, nggak usah diceritain ya. Jadi, ini pilihan gue, menulis. Gue bisa bebas mencoba berkali-kali, gagal berulang kali dan bahkan bangkit dan lari lagi tiap kali gue gagal atau jatuh. Hmmm ... kirakira gitu.

Ketiga, kalau nggak nulis, mungkin gue udah gila. Iya, gila. Karena rasanya otak gue ini terlalu penuh. Jadi, kalau nggak ada yang dituangin ke kertas putih, bisa-bisa berasap ni kepala dan gue nggak tahu bagaimana nasib gue besok pagi. Karenanya, menulis selalu jadi pilihan terbaik.

Kadang gue mikir, emang gue nggak pernah berpikir kalau menulis itu punya alasan lain, alasan sosial misalnya, selain alasan personal di atas tadi? Hmmm ... entahlah. Karena bagi gue, menulis adalah me time, waktu pribadi yang membuat gue merdeka. Waktu pribadi yang sifatnya personal banget.

Lanjut ya, alasan keempat gue menulis adalah uang. Iya, gue tahu, berapa sih penulis dibayar di negeri ini? Kalau nggak seterkenal Raditya Dika atau sepopuler Tere Liye, jelas honor menulis Cuma akan habis dalam beberapa hari aja. Tapi anehnya, gue tetap bertahan mengumpulkan rupiah demi rupiah—yang sebenarnya nggak banyak-banyak amat—dengan cara menulis lagi dan lagi. Aneh. Udah tahu penulis itu kere, tapi kok ya gue tetap bertahan ya? Ini sungguh misteri. Btw, sebenarnya gue juga pengen jadi penulis kaya lho ya. Iya, penulis yang kaya, dalam arti sebenarnya.

Kelima, kalau menurut salah satu penulis favorit gue, alasan menulis itu karena dakwah. Lebih tepatnya dakwah bil qalam, dakwah lewat tulisan. Gue Cuma mikir, kira-kira alasan satu ini sudah masuk list alasan menulis gue atau belum ya? Hmmm ... ok, anggap aja yang satu ini adalah harapan.

Kalau yang kelima tadi masih bersifat harapan, maka yang keenam ini adalah salah satu alasan gue menulis. Gue pengen bahagia dan bisa membahagiakan orang lain. Jadi gini, buat gue nulis itu salah satu kegiatan yang bikin perasaan bahagia dan kepala lebih enteng. Nah, gue punya keinginan kalau tulisan yang gue buat juga bisa dibaca dan bikin orang lain ikutan bahagia. Itu cem ... kalau orang lain bahagia, maka kebahagiaan itu juga akan kembali ke gue, suatu saat nanti. Cem nanem bibit aja sih, nanti kalau udah tumbuh dengan baik, ada saatnya gue untuk memanennya.

Well, tiap orang jelas punya alasan berbeda-beda untuk menulis. Baik alasan personal ataupun alasan sosial, itu hak masing-masing orang. Karena pada akhirnya, itu semua adalah pilihan. Dan kewajiban manusia biasa cem gue ini, untuk tanggungjawab soal pilihan yang sudah gue ambil. Btw, sebelumnya gue juga udah pernah buat tulisan cem ini ya? Hmmm ... agak lupa sih. Tapi ya, kalaupun ide dan isinya sama, itu tetep tulisan gue ya. Alasan gue menulis mungkin saja berubah ataupun berbeda dengan sebelumnya. Karena hidup terus berlanjut. 
 

Penutup

Niat hati Cuma mau posting tulisan ini, eh jadi inget ada satu lagi. Ok, yang ketujuh, alasan gue menulis adalah karena menulis membuat gue punya temen. Iya, temen-temen dari jauh, dari mana saja yang nggak terduga sama sekali. Temen-temen yang kenal karena tulisan hingga akhirnya bisa ngobrol lewat aplikasi pesan, meski belum pernah ketemu sama sekali. Temen-temen yang dikangenin ketika lama nggak ngobrol, temen-temen yang nggak segan ngasih kritik dan saran atas tulisan gue dan ngasih pujian untuk tulisan yang menarik. ah .... teman-teman yang luas biasa.

Btw, tulisan ini masih bisa berubah lho ya, tergantung situasi dan kondisi #ehe

Ok, lets check another page

Dan tulisan ini gue tutup dengan quote dari bias gue “lets make another page, so it will not be last page of our book”. Thanks, my dear #smoch

2 komentar:

   
  1. Kalo gue nulis karena pengen jadi pesulap yang hebat! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Klo gitu, bsok gue order buat ngeramein nikahan gue ya :-p

      Hapus

Terima kasih telah berkunjung dan meninggalkan jejak di Blognya Bening Pertiwi. Mudah-mudahan postingan saya bisa bermanfaat dan menginspirasi kamu :)

Note :

Maaf komen yang brokenlink akan saya hapus jadi pastikan komentar kamu tidak meninggalkan brokenlink ya.

Diberdayakan oleh Blogger.